Connect with us

Politik

Kisruh Partai Demokrat, Antara Karma dan Warisan Memicu Situasi Politik Menjadi Panas 

Pengamat Hukum, Andi Syamsul Bahri, SH

Saat ini pihak SBY belum menerima hasil KLB yang dianggap ilegal sehingga memicu suasana hot antara SBY dan Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko.

BISNISREVIEW.COM – Pengamat Hukum, Andi Syamsul Bahri, SH menyebut kisruh yang terjadi di Partai Demokrat adalah antara karma dan warisan. 

Syamsul menuturkan awal berdiri partai Demokrat adalah hasil inisitif sekaligus pelopor dari Marzuki Alie dan John Allen Marbaun. Pendirian Partai ini kemudian mengusung sosok SBY menjadi calon presiden 2004 dan memenangkan kompetisi politik akbar 2004 juga 2009.

“Dua kali SBY memimpin Indonesia dari partai besutan Marzuki Alie dan John Allen Marbaun. Jadi ini juga perebutan kursi Ketua Umum pertama,” ujar Syamsul dalam keterangan tertulis diterima Bisnisreview.com, Selasa (9/3/2021).

Menurut Syamsul, kisruh itu terjadi ketika Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyebut ada gerakan yang ingin mengambil alih posisi ketua umum partainya secara paksa.

AHY menuding ada pejabat pemerintahan di lingkaran dekat Presiden Joko Widodo yang terlibat dalam gerakan “kudeta” tersebut.

“Jadi kisruh dan kudeta itu sudah dipersiapkan dari jauh hari sebelum Kongres Luar Biasa (KLB) diselenggarakan di Deli Serdang, Sumatera Utara 5 Maret 2021,” jelasnya.

Syamsul mengatakan saat ini pihak SBY belum menerima hasil KLB yang dianggap ilegal sehingga memicu suasana hot antara SBY dan Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko.

“Kudeta Ketua Umum Partai Demokrat oleh KSP Moeldoko memicu ketegangan politik kedua kubu Jenderal ini. SBY pasti merasa teriris hatinya dan tak sudih menerima problematika ini,” paparnya.

Foto ini ini mengespresikan lebih jelas adanya kisruh di Partai Demokrat

Lebih lanjut, Syamsul mengakui bahwa sebuah penyesalan memang datangnya belakangan. Ia menyebut, nasib yang dialami presiden ke enam ini merupakan sebuah karma.

“Dimasa pemerintahannya pak SBY juga memecah bela Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menjadi dua lisme kepeminpinan yakni Abdurrahman Wahid Versi Muhaimin Skandar. Namun yang diakui hanyalah Ketua Umum PKB Muhaimin melalui ketetapan SK Menkumham. Sungguh tragis pada era SBY berkuasa,” ulas Syamsul.

Di zaman Presiden Jokowi ini, kata Syamsul, karma terhadap SBY berlaku. Syamsul menyebut senjata makan tuan.

“Nah, balasan di era Presiden Jokowi ini seperti senjata pamungkas yang dipakai untuk melengserkan kekuasaan Dinasti Cikeas yang berada dibalik Partai Demokrat,” pungkasnya.

Dalam sejarah politik SBY juga pernah memperebutkan Kursi Ketua Umum Partai Demokrat dari kepeminpinan Anas Urbaningrum, yang terpilih melalui kongres Bandung, Jawa Barat untuk periode 2010-2015.

“Ingat saat SBY untuk mengkudeta Anas Urbaningrum dari Ketum terpilih dari Hasil Kongres Demokrat Bandung dengan periode kepengurusan 2010 – 2015, pelengseran dan kudeta oleh SBY disebut oleh Anas dengan istilah “Nabok nyilih tangan” menggebuk pinjam tangan secara harfiahnya memukul tapi pakai orang lain (KPK),” beber Syamsul.

“Jejak ini menjadi bukti dan tak dapat dipungkiri seorang Presiden yang masih menjabat tapi rela turun berpolitik dengan menjadi Ketum Partai Demokrat melanjutkan sisa periode Anas Urbaningrum,” tambah Syamsul.

Ia menilai jabatan paling tertinggi di Partai adalah Ketua Umum dan merupakan batu loncatan menjadi Presiden. Hal ini kata Syamsul, sangatlah aneh seorang presiden rela turun dan mau melakukan kudeta dalam partai dan orang berjasah mengusung dirinya menjadi kepala negara. (BR/Arum)

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in Politik