Keuangan
Rupiah Menguat Tipis, Tekanan Ketidakpastian Hasil Pilpres AS Diimbangi Optimisme Fed Pangkas Suku Bunga
BISNISREVIEW.COM – Peluang pemangkasan suku bunga acuan Federal Reserve sebesar 25 basis poin pada Kamis (7/11), telah menyelamatkan rupiah sehingga bisa menguat sangat tipis di tengah tekanan akibat ketidakpastian hasil pemilihan Presiden Amerika Serikat.
Mengutip data Bloomberg pada Selasa sore (5/11) pukul 15.00 WIB, kurs rupiah tengah akhirnya ditutup di level Rp15.748 per dolar AS, menguat 4 poin atau 0,03% dibandingkan penutupan Senin sore (4/11) di level Rp15.752 per dolar AS.
Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan bahwa rupiah masih berada dalam tekanan hari ini. “Para pelaku pasar sebagian besar tetap menghindari aset berisiko sebelum pemilihan presiden AS yang diperebutkan dengan sengit hari ini,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis sore ini.
Pilpres AS memanas, Donald Trump dan Kamala Harris menuju pemilihan presiden yang ketat, jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan, dengan fokus terutama pada tujuh negara bagian medan pertempuran yang kemungkinan akan menentukan jalannya pemilihan. Pemungutan suara akan dimulai pada hari ini waktu setempat.
Namun dalam pertemuan FOMC Federal Reserve minggu ini, The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin. Proyeksi ini berarti lebih kecil dari pemangkasan sebesar 50 basis poin yang dilakukan pada bulan September.
“Namun, prospek pemangkasan di masa mendatang akan diawasi dengan ketat, terutama karena data terbaru menunjukkan kekuatan ekonomi AS dan inflasi yang tinggi,” ujar Ibrahim.
Sebelumnya, data penggajian nonpertanian dari hari Jumat juga menunjukkan sedikit penurunan di pasar tenaga kerja. Tren yang memberi The Fed lebih banyak dorongan untuk terus memangkas suku bunga.
Di dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2024 tercatat mencapai 4,95% (YoY). Untuk produk domestik bruto atau PDB Indonesia atas dasar harga berlaku pada kuartal III/2024 mencapai Rp5.638,9 triliun.
Adapun, PDB berdasarkan harga konstan mencapai Rp3.279,6 triliun.
Ini menjadi sentimen negatif bagi rupiah karena di bawah ekspektasi pelaku pasar. Sebelumnya, konsensus ekonom yang dihimpun Bloomberg menghasilan nilai tengah (median) proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5%.
“Lemahnya ekonomi Indonesia ini akibat tak ada momen pendorong seperti Hari Besar Keagamaan Nasional ( HBKN ) selayaknya kuartal pertama dan kedua tahun ini. Alhasil, konsumsi masyarakat menjadi lebih rendah,” pungkas Ibrahim.(BR/Red)
Sumber : Ipotnews.com
