Connect with us

Bisnis

Sering Adanya Salah Persepsi Tentang Vulkanisir Ban di Indonesia

BISNISREVIEW.COM, Jakarta — Sering adanya salah persepsi tentang vulkanisir ban di Indonesia, produksi ban Vulkanisir Indonesia perlu didorong agar memperbaiki mesin-mesinnya, teknologinya dan pelatihan SDM2-nya. Sekaligus perlu ada sertifikat SNI agar citra negatifnya hilang.

Langkah ini perlu dilakukan, mengingat tidak semua vulkanisir ban memenuhi persyaratan. Banyak yang belum memenuhi standar. Malah mayoritas ngawur. Padahal home industry ban vulkanisir tersebar dimana-mana di seluruh Indonesia, bukan hanya di kota besar saja.

Namun bila dikerjakan dengan benar ban vulkanisir dapat dipakai sebagaimana biasa, bahkan mampu menciptakan efisiensi serta mengurangi harga.
“Di dunia internasional seperti Amerika dan Eropa ban vulkanisir juga dipakai. Bahkan dalam dunia penerbangan, maskapai lumrah menggunakan ban vulkanisir. Ini wajar, karena pemakaian ban itu juga berkaitan dengan kekuatan ban, kondisi medan dan pemakaian.”

Hal itu dikatakan Direktur Utama PT Rubberman Harianto saat presentasi dan diskusi dalam kunjungan KNKT dan Ditjen Perhubungan Darat di Kantor Perusahaan PT Rubberman, baru-baru ini.

Dalam kunjungannya, Soerjanto Tjahjono menyoroti pentingnya keselamatan transportasi, khususnya terkait penggunaan ban vulkanisir pada kendaraan komersial.

Menurutnya, kualitas dan keamanan ban adalah salah satu faktor penting dalam menunjang keselamatan operasional kendaraan, terutama di sektor logistik dan transportasi massal.

Hadir dalam kesempatan tersebut, perwakilan Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Good Year, Pertamina Patra Niaga, Damri, dan Patra Logistik. Acara diskusi juga dilengkapi tanya jawab, pemberian cendera mata dan foto bersama. Setelah acara diskusi dilakukan kunjungan langsung ke pabrik PT Rubberman.

Lebih lanjut Harianto menerangkan di Indonesia sendiri sudah ada pabrik ban vulkanisir salah satunya PT Rubberman yang sudah mendapat sertifikat ISO. Diakui, lanjut Harianto, citra ban vulkanisir sering berkonotasi negatif karena dianggap ban hasil daur ulang. Padahal faktanya, dengan beberapa alasan ban itu bisa divulkanisir dengan kualitas yang baik dan diakui perusahaan – perusahaan ban internasional seperti Dunlop Inggris, Good Year Amerika Serikat serta Michelin Italia.

“Sering muncul kesan meremehkan, bahwa ban vulkanisir begini begini.Padahal kan enggak begitu. SDM nya sudah terlatih, acuannya standar internasional,” katanya lagi.

Untuk meningkatkan kualitas, lanjut Harianto, untuk Home Industri itu diperlukan standarisasi seperti SNI serta pendampingan bimbingan teknis berupa pelatihan-pelatihan bagi perusahaan perusahaan home industri tersebut.

Pelatihan- pelatihan bagi Home Industri diperlukan untuk menjaga kualitas dan menghapus citra buruk ban vulkanisir. Untuk instruktur pelatihan perlu mendapat dukungan instansi terkait seperti Kemenhub, Kemenperin dan perusahaan-perusahaan ban termasuk PT Rubberman.

Untuk industri, penggunaan ban vulkanisir erat kaitannya dengan manajemen perusahaan terutama dalam hal penerapan efisiensi.
“Disinilah pentingnya sosialisasi, literasi dan bimbingan teknis bagi home industri-home industri,” paparnya.

Mutu vulkanisir ban bukan hanya proses penempelan telapak yang benar, tetapi mutu karet telapaknya harus awet. Sehingga memberikan penghematan Rp/Km yang maksimal. Dengan ban vulkanisir, perusahaan dapat melakukan efisiensi. Lewat cara menghitung kebutuhan operasional serta kondisi medan.

“Bila kondisi jalan begini, perusahaan bisa menghitung. Termasuk estimasi pemakaian dan perkiraan kapan ban harus diganti,” tuturnya lagi.

Selain itu, dengan ban vulkanisir juga, limbah industri ban bekas dapat ditekan, mengingat limbah ban susah diurai dalam waktu singkat. Karena itu, ban vulkanisir harus dibina, didampingi bahkan diberikan insentif oleh pihak berwenang. Bagaimana pun ban vulkanisir memiliki peran penting dalam transportasi di tanah air,” pungkasnya. (BR)

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

More in Bisnis